Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kasus Kuota Rokok Bintan Berlanjut, KPK Panggil 4 Petinggi Perusahaan dan 1 PNS

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/jamaludin-akmal-1'>JAMALUDIN AKMAL</a>
LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL
  • Rabu, 08 September 2021, 11:55 WIB
Kasus Kuota Rokok Bintan Berlanjut, KPK Panggil 4 Petinggi Perusahaan dan 1 PNS
Pelaksana Tugas (Plt) Jurubicara Bidang Penindakan KPK, Ali Fikri/Net
rmol news logo Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus mendalami kasus perdagangan bebas di pelabuhan Bintan, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau tahun 2016 hingga 2018. Pada hari ini, Rabu (8/9), KPK memanggil empat petinggi perusahaan.

Pelaksana Tugas (Plt) Jurubicara Bidang Penindakan KPK, Ali Fikri mengatakan, saksi-saksi yang dipanggil akan diperiksa untuk tersangka Apri Sujadi (AS) dkk.

"Pemeriksaan dilakukan di Kantor Polres Tanjung Pinang Jalan A. Yani, Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau," ujar Ali kepada wartawan, Rabu siang (8/9).

Para saksi yang merupakan petinggi perusahaan yaitu, Yhordanus selaku Direktur PT Yofa Niaga Fastya tahun 2010-2017; Jong Hoa selaku Direktur PT Trio Bintan Anugerah; Aknes Tambun selaku Manager PT Adhi Mukti Persada yang merupakan Grup PT Putra Jaya Sampurna tahun 2016-April 2020; dan Sandi selaku Manager Operasional PT Bintan Muda Gemilang.

Selain itu, penyidik juga memanggil seorang pegawai negeri sipil (PNS). Yaitu, Hendra Kurnia selaku Kasi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai III KPPBC TMP B Tanjung Pinang.

Dalam perkara ini, penyidik telah menahan Apri Sujadi (AS) selaku Bupati Bintan periode 2016-2021, bersama dengan Mohd. Saleh H. Umar (MSU) selaku Plt Kepala Badan Pengusahaan KPBPB Bintan Wilayah Kabupaten Bintan pada Kamis (12/8).

Pada awal Juni 2016, Apri diduga memerintahkan stafnya untuk mengumpulkan para distributor rokok yang mengajukan kuota rokok di BP Bintan di salah satu hotel di Batam. Pada pertemuan itu, diduga terdapat penerimaan sejumlah uang oleh Apri dari para pengusaha rokok yang hadir.

Menindaklanjuti pertemuan tersebut, Apri dengan inisiatif pribadi kemudian melakukan penggantian personel BP Bintan dan memerintahkan Nurdin Nasirun selaku Ketua Dewan Kawasan Bintan menetapkan komposisi personel baru BP Bintan dengan menempatkan Azirwan sebagai Kepala BP Bintan dan Saleh sebagai Wakil Kepala BP Bintan.

Pada Agustus 2016, Azirwan mengajukan pengunduran diri sehingga tugas sebagai Kepala BP Bintan dilaksanakan sementara waktu oleh Saleh dan atas persetujuan Apri dilakukan penetapan kuota rokok dan minuman mengandung etil alkohol (MMEA) dan menerbitkan kuota rokok sebanyak 290.760.000 batang dan kuota MMEA golongan A sebanyak 228.107,40 liter, golongan B sebanyak 35.152,10 liter, dan golongan C sebanyak 17.861,20 liter.

Pada Mei 2017 bertempat di salah satu hotel di Batam, Apri kembali memerintahkan untuk mengumpulkan serta memberikan pengarahan kepada para distributor rokok sebelum penerbitan surat keputusan (SK) kuota rokok tahun 2017.

Di tahun 2017, BP Bintan menerbitkan kuota rokok sebanyak 305.876.000 batang (18.500 karton) dan kuota MMEA dan diduga dari kedua kuota tersebut ada distribusi jatah bagi Apri sebanyak 15 ribu karton, Saleh 2 ribu karton dan pihak lainnya sebanyak 1.500 karton.

Pada Februari 2018, Apri memerintahkan Alfeni Harmi selaku Kepala Bidang Perizinan BP Bintan dan diketahui juga oleh Saleh untuk menambah kuota rokok BP Bintan tahun 2018 dari hitungan awal sebanyak 21 ribu karton, sehingga total kuota rokok dan kuota MMEA yang ditetapkan oleh BP Bintan tahun 2018 sebanyak 452.740.800 batang (29.761 karton).

Selanjutnya kembali dilakukan distribusi jatah, di mana untuk Apri sebanyak 16.500 karton, Saleh sebanyak 2 ribu karton dan pihak lainnya sebanyak 11 ribu karton.

Untuk penetapan kuota rokok di BP Bintan dari 2016 hingga 2018 diduga dilakukan oleh Saleh dan penetapan kuota MMEA di BP Bintan dari 2016 hingga 2018 diduga ditentukan sendiri oleh Saleh tanpa mempertimbangkan jumlah kebutuhan secara wajar

Dari 2016 hingga 2018 itu, BP Bintan telah menerbitkan kuota MMEA kepada PT Tirta Anugrah Sukses (TAS) yang diduga belum mendapatkan izin edar dari BPOM dan dugaan terdapat kelebihan atas penetapan kuota rokok di BP Bintan dimaksud.

Perbuatan para tersangka diduga antara lain bertentangan dengan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan nomor 47/PMK.04/2012 yang diperbaharui dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 120/PMK.04/2017; dan Peraturan Menteri Keuangan nomor 47/PMK.04/2012 tentang Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang Ke dan Dari Kawasan yang Telah Ditetapkan sebagai KPBPB dan Pembebasan Cukai yang diperbaharui dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor 120/PMK.04/2017.

Atas perbuatan Apri dari 2017 hingga 2018, diduga menerima uang sekitar Rp 6,3 miliar dan tersangka Saleh dari 2017 hingga 2018 juga diduga menerima uang sekitar Rp 800 juta. Perbuatan para tersangka diduga mengakibatkan kerugian keuangan negara sekitar Rp 250 miliar. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA