Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kilang Minyak Pertamina Terbakar, Greenpeace: Pertanda Bahayanya Energi Ekstraktif

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Senin, 29 Maret 2021, 13:46 WIB
Kilang Minyak Pertamina Terbakar, Greenpeace: Pertanda Bahayanya Energi Ekstraktif
Kilang minyak Pertamina di Balongan, Indramayu terbakar/Net
rmol news logo Insiden kebakaran kilang minyak milik Pertamina di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Senin dini hari (29/3) menambah deretan kisah tragis kecelakaan dan bencana yang disebabkan oleh industri ekstraktif.

Begitu yang dikatakan Kepala Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak lewat keterangan persnya, menyinggung perihal terbakarnya kilang minyak di Balongan, Pertamina.

“Masih segar dalam ingatan, pada tahun 2019, petaka tumpahan minyak mentah dari operasi PT Pertamina Hulu Energi terjadi di lepas pantai Karawang, Jawa Barat, yang menghancurkan kehidupan perekonomian masyarakat dan ekosistem darat serta perairan sekitar. Juga kejadian kebakaran di Kilang Pertamina di Balikpapan,” ucap Leonard.

Leonard mengatakan, kebakaran di kilang Pertamina Balongan tentunya akan berdampak buruk bagi kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar.

Dijelaskan Leonard, berbagai polutan berbahaya yang muncul akibat kebakaran kilang Pertamina juga mencemari udara sekitar. Meskipun bisa saja terbawa angin.

"Pertamina harus melakukan langkah mitigasi yang menyeluruh terhadap berbagai risiko kebakaran kilang, termasuk dampaknya bagi perekonomian dan kehidupan masyarakat sekitar,” tegasnya.

Pihaknya menambahkan, berkaca pada kerugian di berbagai kejadian sebelumnya, tentu masyarakat tidak ingin deretan bencana yang ditimbulkan oleh sektor industri ekstraktif (minyak bumi, batu bara) ini terus berlanjut.

"Ketergantungan kita terhadap energi ekstraktif harus segera dipangkas. Bauran energi nasional harus memberikan porsi terbesar bagi energi terbarukan seperti surya dan bayu,” katanya.

Menurutnya, strategi jangka panjang rendah karbon dan ketahanan iklim (LTS-LCCR) Indonesia harus memberikan arah kebijakan konkrit untuk mewujudkan bauran energi tersebut.

"Serta, pemerintah harus melakukan revisi target penurunan emisi ke arah yang lebih ambisius. Bila hanya keuntungan semata yang diprioritaskan, maka keberlangsungan alam dan kehidupan manusia akan rusak,” tandasnya.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA