Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dipindah Ke Lapas Nusakambangan Tanpa Sepengetahuan Keluarga, Pengacara Habib Bahar: Ini Konyol!

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/jamaludin-akmal-1'>JAMALUDIN AKMAL</a>
LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL
  • Rabu, 20 Mei 2020, 10:31 WIB
Dipindah Ke Lapas Nusakambangan Tanpa Sepengetahuan Keluarga, Pengacara Habib Bahar: Ini Konyol<i>!</i>
Pengacara Habib Bahar bin Smith, Azis Yanuar, sesalkan pemindahan kliennya yang dilakukan tanpa koordinasi dengan dirinya dan keluarga/RMOL
rmol news logo Pemindahan Habib Bahar bin Smith dari Lapas Gunung Sindur ke Lapas Klas I Nusakambangan pada Selasa malam (19/5) membuat kecewa kuasa hukum dan keluarganya. Sebab, pemindahan tersebut dilakukan tanpa ada koordinasi dengan pihak keluarga maupun pengacara Habib Bahar.

"Tidak ada pemberitahuan ke kami maupun keluarga Habib Bahar," ucap pengacara Habib Bahar, Azis Yanuar, kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (20/5).

Azis mengatakan, tekanan terhadap kliennya dinilai sangat berlebihan dan subjektif. Bahkan dinilai sudah dimanfaatkan untuk kepentingan politik dan menjadi alat untuk mengalihkan isu.

Menurut Azis, massa pendukung atau simpatisan Habib Bahar yang melakukan aksi di depan Lapas Gunung Sindur kemarin dinilai hanya ingin dipahami dan didengar aspirasinya.

"Sebenarnya sederhana kok, mereka hanya ingin Habib Bahar dapat perlakuan baik yang dibuktikan dengan dapat dilihat sejenak oleh keluarga dan pengacara, sederhana butuh hanya 2 menit pagi kemarin. Saya jamin tidak akan ada massa datang melakukan aksi lagi. Apalagi itu kan hak seseorang untuk didampingi kuasa hukum dan mendapat perlakuan baik meski selama di tahanan," jelas Azis.

Namun, kata Azis, pihak Lapas Gunung Sindur malah menolak pihak keluarga dan pengacara untuk menjenguk Habib Bahar.

"Karena aksi itu lalu Habib Bahar dipindah ke Nusakambangan dengan alasan massa pendukungnya meresahkan. Ini konyol, karena sebab dari mereka akibat ditanggung oleh Habib Bahar. Sangat konyol, arogan, dan menunjukkan mental tiran dan mental 'sultan' antikritik. Bukan sebaliknya mental melayani dan pengayoman sebagaimana slogannya dan buruk bagi perkembangan demokrasi di Indonesia, pengayom hanya pemanis dan slogan belaka," pungkas Azis. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA