Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mengulas Kasus Pembunuhan Sadis Istri Muda Terhadap Pupung Sadili Dan Dana Anak Tirinya

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/mega-simarmata-5'>MEGA SIMARMATA</a>
OLEH: MEGA SIMARMATA
  • Kamis, 29 Agustus 2019, 08:52 WIB
Mengulas Kasus Pembunuhan Sadis Istri Muda Terhadap Pupung Sadili Dan Dana Anak Tirinya
Para pelaku pembunuhan sadis terhadap bapak dan anak saat ditangkap polisi/Repro
rmol news logo Indonesia digegerkan lewat sebuah kasus kejahatan yang termasuk kategori sadis.

Seorang wanita bernama Aulia Kesuma, dengan status istri muda, tega membunuh suaminya Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili (54) dan anak tirinya M Adi Pradana atau Dana (23) dengan menyewa pembunuh bayaran pada Sabtu malam, 24 Agustus 2019.

Bapak dan anak ini dihabisi di dalam rumah mereka di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dengan jam yang berbeda.

Menurut keterangan Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi, Aulia bersama empat orang eksekutor rapat di kawasan Kalibata untuk merencanakan pembunuhan pada Jumat (23/8).

Setelah itu, Aulia bersama empat assassin menuju rumahnya di daerah Lebak Bulus. Mereka tiba di rumah sekitar pukul 21.00 WIB, Sabtu (24/8).

Aulia lebih dulu masuk ke dalam rumah.

“Sekitar pukul 21.00 WIB, datang ibu bersama eksekutor itu ke rumah. Tapi masuknya tidak barengan, ibu masuk ke rumah duluan,” tutur Nasriadi.

Saat tiba, Aulia melihat suaminya itu tengah menonton televisi dengan posisi membelakanginya. Di saat itu, Aulia lantas meminta para eksekutor masuk ke dalam.

“Eksekutor masuk, eksekutor ini diberikan kunci oleh si ibu ini. Kemudian korban dibekap. Apakah langsung mati atau tidak, kita belum tahu,” terang Nasriadi.

Para assassin tak lantas meninggalkan rumah tersebut. Mereka menunggu Dana.

Sekitar pukul 23.00 WIB, Dana tiba di rumah.

“Mereka nunggu lagi sampai jam sebelas malam. Dana (Pradana) pulang ke rumah, masuk pintu langsung dihajar, setelah itu dibawa Minggu pagi ke Sukabumi,” kata dia.

Mobil berisi dua mayat yang terbakar itu pun diketahui pada Minggu (25/8) di Kampung Cipanengah Bondol, RT 001 RW 004, Desa Pondok Kaso Tengah, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi.

Saat ini 3 Polda turun langsung menangani kasus pembunuhan sadis ini. Yaitu Polda Metro Jaya, Polda Jabar, dan Polda Lampung.

Dikomandoi Ditreskrimum Polda Metro Jaya, dalam hal ini Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, penangkapan dilakukan dengan waktu yang relatif cepat.

Perlu diketahui bahwa Ditreskrimum Polda Metro Jaya, sudah beberapa kali menangani kasus pembunuhan berencana.

Termasuk kasus perampokan dan pembunuhan Pulomas pada 27 Desember 2016 silam. Ketiga pelaku dikenakan pasal pembunuhan berencana dengan ancaman maksimal pidana mati.

Jadi untuk kasus ini, selain karena alibi terlilit utang Kepolisian bisa mencari motif lain mengapa Aulia nekat melakukan pembunuhan sesadis itu.

Mungkinkah, seorang ibu rumah tangga, bisa menyusun sebuah rencana pembunuhan yang teramat sadis dengan skenario rumit seperti ini?

Pembunuh dipesan dari Lampung. Eksekusi pembunuhan dilakukan di Lebak Bulus. Serah terima mayat di Cireudeu. Lalu pembakaran mayat di Cidahu, Sukabumi.

Merancang semua tahapan seperti itu bukan hal yang wajar. Harus dicari tahu didapat dan di inspirasi dari mana?

Ada beberapa kejanggalan dalam keterangan Aulia yang disampaikannya kepada penyidik di Polres Sukabumi.

Pertama. Ia menyampaikan bahwa cara mengeksekusi Pupung Sadili adalah dengan terlebih dahulu memberikan racun untuk ditenggak. Diawali dengan Aulia masuk ke dalam rumah jam 21.00 WIB saat Sadili sedang menonton televisi dengan posisi membelakangi.

Kedua. Aulia menyampaikan kepada penyidik bahwa cara untuk mengeksekusi Pradana (Dana), adalah dengan terlebih dahulu memberikan umpan miras atau minuman keras sehingga sang korban menjadi mabuk.

Ketiga. Aulia menyampaikan kepada penyidik bahwa ia menjadi kalap membunuh karena terlilit utang, tetapi Sadili dan Dana tidak mengizinkan penjualan rumah. Bahkan Bapak dan Anak ini mengancam akan membunuh Aulia.

Ketiga hal janggal ini, akan kita ulas satu persatu.

Pertama soal Pupung Sadili yang disebut disuguhkan racun terlebih dahulu. Orang waras, tak akan ada yang mau disuruh minum racun. Kecuali, kedua tangan dan kakinya sudah dipegang oleh para eksekutor, lalu ada yang mengucurkan racun ke dalam mulut Pupung dengan paksa.

Mengingat Pupung adalah lelaki, maka yang sangat mungkin memegangi tangan dan kakinya pada malam itu adalah para lelaki. Lalu, patut dapat diduga yang mengucurkan racun untuk ditenggak Pupung adalah Aulia. Kalau ini yang terjadi, perempuan ini sudah teramat bengis.

Kedua. Cara mengeksekusi Dana, yang disebut-sebut disuguhi miras terlebih dahulu. Perlu diketahui bahwa Dana adalah lelaki yang sudah dewasa dengan usia 23 tahun.

Jika anak ini, masuk ke dalam rumah, dan melihat di dalam rumahnya sudah ada ibu tirinya dan sejumlah orang asing yang tak dikenalnya, hal pertama yang akan dilakukan Dana adalah memanggil papanya dengan suara berteriak. “Papa. Papa”.

Ketika anak ini sudah mulai berteriak memanggil papanya (yang saat itu sudah dalam keadaan tak bernyawa), sangat mustahil menyuguhkan miras untuk diminum. Besar kemungkinan, untuk melumpuhkan anak ini, ia dikeroyok ramai ramai oleh para eksekutor, termasuk oleh Ibu Tiri.

Polisi bisa mencari sidik jari di semua sudut rumah. Jadi, mustahil dan sangat tidak benar, jika dengan mudahnya, seorang Dana yang berusia 23 tahun di bodoh-bodohi untuk mau minum miras.

Ketiga. Soal pengakuan Aulia bahwa ia diancam oleh Sadili dan Dana akan dibunuh jika berani menjual rumah. Bapak dan Anak ini, mustahil mengeluarkan ancaman seperti itu. Apalagi Dana, seorang anak muda yang terpelajar.

Kasus ini merupakan kasus pembunuhan yang termasuk sangat sadis dan tidak berperikemanusiaan. Apalagi sampai sengaja menyewa pembunuh bayaran dari kawasan Lampung.

Ini bisa menjadi catatan tersendiri untuk Polda Lampung untuk membongkar sindikat, benarkah di kawasan Lampung diperdagangkan jasa membunuh orang?

Kemudian, jika benar yang disewa itu pembunuh bayaran, para eksekutor itu sangat tidak secanggih status mereka sebagai pembunuh bayaran.

Sebab dari rangkaian pembunuhan di TKP Lebak Bulus, kedua mayat dibawa ke SPBU Cireudeu. Kemudian dibawa ke Cidahu Sukabumi untuk dibakar di tengah jalan.

Tak ada niatan yang serius untuk menyembunyikan kejahatan mereka yang sudah menghabisi nyawa orang.

Tidak dibuang ke jurang mayatnya. Atau dibuang ke kali. Dibakar di dalam mobil yang lokasinya di pinggir jalan.

Sehingga dengan cepat, polisi bisa mengurai siapa dan bagaimana kasus pembunuhan ini terjadi.

Yang cukup mengecewakan juga adalah kekasih dari Dana, yang bernama Elvira.

Menggunakan medsos Instagram, screenshot percakapan dirinya dengan almarhum Dana, diumbar kepada publik.

Wanita ini beralibi bahwa ia melakukan semua itu karena merasa sangat kehilangan Dana.

Ya silahkan saja merasa kehilangan. Tapi, sangat tidak etis mengumbar percakapan pribadi yang dilakukan seseorang yang baru mati terbunuh, di mana kasusnya sudah masuk ke ranah hukum.

Maka tak heran, ribuan netizen lantas mencaci maki wanita ini sebagai perempuan pansos.

Mengekspresikan rasa kehilangan, jangan gegagah dengan membuka dan mengumbar pada publik di medsos, hal hal pribadi dari almarhum Dana.

Sundit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, perlu memanggil wanita ini untuk dimintai keterangannya.

Barangkali ada informasi yang berguna untuk para penyidik. Sekaligus memberitahu kepada wanita ini bawa kekasihnya mati dibunuh secara sadis.

Sehingga, jangan memperkeruh situasi dengan mengumbar di medsos semua bentuk komunikasi yang dilakukan almarhum Dana semasa hidupnya.

Mengakhiri tulisan ini, semoga Kepolisian bisa segera menuntaskan kasus ini, agar bisa segera disidangkan.

Pupung Sadili dan Dana, walau sudah tak bernyawa, berhak mendapat keadilan. Dan penerapan pasal 340 KUHP, sudah sangat tepat.

Tulisan ini ditutup dengan lirik lagu “Killing Me Softly”, sebuah lagu yang dinyanyikan ulang oleh almarhum Dana dan ia posting di akun Instagram-nya pada 10 Mei 2018.

Beristirahatlah kini dengan tenang di surga, Dana.

I heard he sang a good song, I heard he had a style
And so I came to see him, to listen for a while
And there he was, this young boy, a stranger to my eyes
Strumming my pain with his fingers (one time, one time)
Singing my life with his words (two times, two times)
Killing me softly with his song
Killing me softly with his song
Telling my whole life with his words
Killing me softly with his song
rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA