Demikian disampaikan Kapolri Jenderal Tito Karnavian saat ekspose hasil penindakan dan penertiban kawasan Batam di Pelabuhan Batu Ampar, Batam, Kepulauan Riau, Selasa (15/1).
"Alhamdulillah akhir 2018 kami dapat info dari Bu Menkeu (Sri Mulyani), dan bapak Dirjen Bea Cukai (Heru Pambudi) bahwa target penerimaan negara dari sektor bea dan cukai itu di atas 100 persen," ungkap Tito.
Namun demikian, sambung Tito, dampak dari pada penegakan hukum bagi para importir nakal tersebut ialah para penyelundup yang tadinya menggunakan jalur pelabuhan-pelabuhan yang resmi beralih ke gelap alias tidak resmi atau lebih dikenal pelabuhan tikus.
“Yang paling rawan adalah Pantai Timur Sumatra karena dekat dengan negara tetangga. Terutama mulai dari Kepri, Batam dan sekitarnya, Aceh, Sumut, Jambi sampai Sumsel. Di sini titiknya banyak sekali,†ujar Tito.
Polri, kata Tito, telah menyiapkan empat langkah untuk mengantisipasi hal tersebut. Pertama yaitu membantu menyosialisasikan titik-titik rawan yang kerap dijadikan jalur tikus penyelundup kepada masyarakat.
“Kami beri penyuluhan mulai dari tingkat Polda sampai polsek untuk memberikan pengertian kepada masyarakat,†tambah Tito.
Kemudian langkah yang kedua, Polri akan terus berkoordinasi dengan Bea Cukai, jajaran TNI, KKP, untuk meningkatkan intensitas patroli di daerah-daerah yang kerap dijadikan sebagai jalur masuk dalam rangka mencegah penyelundupan secara fisik.
“Ketiga melakukan deteksi intelijen, dan keempat memberikan asistensi kepada tim Bea Cukai dalam dukungan penyidikan,†pungkas Tito.
[jto]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: