Sementara ada yang
memberitakan nama SBY disebut dalam sidang E-KTP, ada juga yang menulis
SBY menolak proyek E-KTP dihentikan. Media memang bisa menulis apa saja
berdasarkan fakta. Namun apakah media tidak boleh kritis terhadap sebuah
peristiwa yang menurut pandangan mata dan pendengarannya ada yang aneh,
anomali dan lain-lain.
Wartawan diorder tidak mementingkan sikap
kritis, sehingga berani mengambil penggalan yang sudah disiapkan.
Wartawan pintar harus menulis utuh dan akan menulis keganjilan jika
memang terjadi.
Sebegitu banyak wartawan dan media yang hadir di
persidangan Setnov saat keterangan Mirwan Amir. Apakah hanya
dipersiapkan untuk menulis nama SBY jika disebut agar pemesannya bisa
mendapat alasan untuk diskreditkan BY dalam E-KTP. Entahlah. Bahkan
Rakyat Merdeka Online yang saya anggap punya otak besar tiba-tiba
terjerumus dalam order yang saya duga.
Apa yang terjadi dengan
media-media di Indonesia? Ke mana AJI, ke mana PWI, ke mana para pejuang
pers bebas dan objektif? Apa sudah pindah meminati isu pilkada dan
LGBT, ketimbang kualitas jurnalis?
Di bawah ini ada rekaman
tanya jawab Mirwan Amir dan pengacara hitam Firman Wijaya. Hitam karena
hobi membela koruptor dan orangnya agak hitam. Dari video ini keterangan
Mirwan Amir untuk pertanyaan yang sama memiliki dua jawaban yang bagai
bumi dan langit. (
klik di sini)
Sayang
bumi dan langit diabaikan, salah satunya oleh jurnalis di Pengadilan
Tipikor. Firman Wijaya Hitam menanyakan pertanyaan apakah Mirwan Amir
pernah bertemu SBY bicarakan E-KTP. Jawaban pertamanya tidak bernah
bertemu SBY bicara E-KTP, tapi ditanya lebih lanjut dengan pertanyaan
yang sama Mirwan mengaku ketemu SBY menyampaikan usulan bahwa E-KTP
bermasalah dan bilang SBY melanjutkan demi Pilkada.
Mirwan Amir yang sudah bilang tidak pernah bertemu SBY urusan KTP, hanya dalam hitungan detik mengubahnya.
Untung ada
Kompas TV
yang masih punya standar jurnalistik yang cukup jeli merekam dua cerita
berbeda Mirwan Amir, sehingga pembaca mengerti bahwa ada yang tidak
biasa dan kemungkinan ada rekayasa yang disiapkan. Informasi sesat sudah
menyebar ke publik, Mirwan Amir dan Firman Wijaya harus memberi
klarifikasi, cara-cara ini harus dihentikan.
Dicari, mereka yang
mau jihad informasi untuk bertemu kedua orang ini agar tidak lari dari
tanggung jawab. Mari tanyakan kepada Firman Wijaya pada hari Kamis nanti
apa maksud dia yang sesungguhnya memproduksi informasi buruk, bila
perlu dipaksa agar tak terulang kembali. Ini langkah awal kita mendukung
pemerintah melawan hoaks dengan ramai-ramai mendatangi Firman Wijaya
pada Kamis nanti, mari Jihad Informasi.
[***]Penulis adalah mantan Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: